Minggu, 22 Mei 2011

CIREBON KOTA WALI ATAUKAH KOTA TERORIS??


Legitimasi yang sangat membanggakan bagi Kota Cirebon, kota yang dijuluki sebagai Kota Wali karena pendahulu dari kota ini adalah orang-orang yang mempunyai posisi urgent terhadap kultur sosial dan agama, ditambah dengan kultur masyarakat Cirebon yang agamis dan menjaga tradisi budaya Cirebon. Syekh Syarif Hidayatullah atau biasa disebut dengan Syekh Sunan Gunung Djati yang merupakan salah satu wali penting di Indonesia yang terhimpun ke dalam Wali Songo atau Wali sembilan ini menjadikan Kota Cirebon mempunyai ciri khas yang menarik dan agamis sehingga sangat wajar jika kota Cirebon ini disebut sebagai kota wali.
Namun Kota Wali ini digegerkan oleh kejadian bom bunuh diri yang berada di Mesjid POLRESTA Cirebon yang pelakunya merupakan seorang teroris yang selama ini membuat resah masyarakat Indonesia. Terorisme, suatu gerakan yang tak henti-hentinya menyerang masyarakat Indonesia.
Mungkin masih sangat jelas terbenak di hati kita kejadian bom Bali, bom JW Marriot di Kuningan Jakarta Selatan dan akhir-akhir ini dengan motif yang berbeda yaitu bom buku yang menyerang Ulil Abshar Abdalla, gedung BNN, dan bahkan salah satu artis terkemuka Ahmad Dani dan bom-bom lain yang sukses diledakan oleh jaringan teroris tersebut.
Saya melihat fenomena di atas menunjukkan bahwa terorisme ternyata dari masa ke masa dapat terus eksis menjadi suatu sistem nilai yang diyakini ampuh untuk memenangkan perjuangan golongan tertentu. Terorisme adalah kendaraan yang paling efektif dan efisien untuk menunjukkan keperkasaan suatu keyakinan (kepada pihak lawan). Aliran ini adalah aliran radikalisme yang merasa bahwa keyakinan merekalah yang paling benar dan orang-orang yang berada di luar mereka, mereka sebut orang-orang sesat yang harus dibumi hanguskan di muka bumi ini.
Berita yang sangat mengejutkan bahwa ternyata pelaku bom bunuh diri dilakukan oleh seseorang yang berasal dari kota Majalengka yang letaknya tidak jauh dengan kota Cirebon, ditambah lagi dengan tertangkapnya 14 tersangka teroris lainnya yang tergabung pada aksi bom bunuh diri di Masjid POLRESTA Cirebon. Indikasi ini menunjukan bahwa ternyata teroris sudah menjangkit ke seluruh pelosok Negeri Indonesia ini.
Tentu saja masyarakat Cirebon sangat terpukul sekali dengan kejadian ini, Kota Wali yang terkenal dengan kultur budaya dan sosial yang baik dengan menjaga tradisi kearifan lokal yang perlu dilesratikan, dikotori oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Akankah legitimasi Kota Wali ini berubah menjadi kota teroris? Mungkin itu yang sangat ditakutkan oleh warga masyarat Cirebon. Dan siapakah yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini?
Secara langsung kita tidak ada hubungan sama sekali dengan kejadian yang dilakukan oleh teroris tersebut, apa pentingnya kita memikirkan mereka, ditambah lagi sudah ada densus 88 dan Badan Intelegent Negara (BIN), sudah tentu itu tugas mereka. Mungkin itu sedikit pemikiran yang terbesit di otak kita. Tapi apa jadinya jika anggota teroris tersebut sudah masuk ke saudara kita? Pastilah hanya penyesalan yang terjadi.
Maka dari itu sudah sepatutnya kita bertanggung jawab dengan adanya kejadian seperti ini. Dahulu kita hanya terdiam dan menonton di televisi bahwa teroris berada sangat jauh di daerah kita, dengan kelalaian itu kita tidak menyadari bahwa ternyata teroris sudah berada di dekat kita yaitu Kota Cirebon. Dan mungkin fakta yang sangat menyakitkan hati bila ternyata teroris itu adalah keluarga kita.
Memang tidak mudah menghilangkan terorisme ini, bahkan mungkin sampai kapanpun teroris ini akan terus eksis sampai kapanpun. Namun setidaknya kita menjaga Kota Cirebon ini sesuai dengan cita-cita dan harapan kita. Kita harus mempunyai benteng untuk mencegahnya. Hilangkan pemikiran-pemikiran radikalisme yang membahayakan Negara ini. Kita adalah Negara majemuk yang terbentuk dari berbagai suku, ras, agama dan kultur budaya yang berbeda. Sudah sepatutnya kita menjaga ke Bhineka Tunggal Ika-an ini. Mari kita bersama-sama membuka mata untuk bisa saling menghargai dan melengkapi satu sama lain. Dengan ini, maka Kota Cirebon bukan Kota teroris tetapi tetap menjadi kota Wali yang cinta damai.


Ahmad Hayat Fathuroji
Mahasiswa Universitas Paramadina ( Mampang, Jakarta Selatan)
Alumni Pondok Pesantren Al-Mutawally(Bojong Cilimus Kuninga)                                      

Jumat, 18 Maret 2011

TEROR ATAU PENGALIHAN ISU??


Sudah satu minggu terakhir ini, Idonesia dikejutkan dengan beberapa teror bom yang mengejutkan seluruh lapisan masyarakat. Berawal dari kiriman buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdalla yang merupakan ketua DPP Partai Demokrat yang sebelumnya menjadi salah satu koodrinator Jaringan Islam Liberal (JIL) merembet ke berbagai isntalasi lain bahkan kemasyarakat biasa.
Memang sudah lama Jaringan Islam Liberal (JIL) kurang bisa diterima oleh masyarakat luas, namun jika memang bom tersebut di tujukan kepada orang-orang jaringan Islam Liberal (JIL), mengapa hanya Ulil Abshar Abdalla yang dikirimi bom, sedangkan koordinator dan aktivis Jaringan Islam Liberal seperti Abdul Moqsith Ghazali, Lutfi Asyaukani dan yang lain tidak dijadikan sasaran teror dan apa hubungan antara Jaringan Islam Liberal dengan BNN, komplek pondok Indah, dan bahkan bandara yang ada di banten baru-baru ini? Apakah memang benar bom itu berasal dari teroris yang biasa meneror masyarakat luas?
Ulil Abshar berkata bahwa “ini tidak ada kaitannya dengan Jaringan Islam Liberal, ini hanya persainga politik, saya sudah lama berada di jaringan Islam liberal, tapi belum pernah mendapatkan teror bom seperti ini. Setelah saya berada di DPP partai demokrat saya baru menerima teroro bom tersebut”. Apakah mungkin teror bom tersebut dikaitkan dengan politik?
Secara sepintas memang tidak masuk akal, tapi jika kita lihat kebelakang. Sebelum ada isue teror bom terjadi, ada isue hangat yang menggegerkan masyarakat Insonesia mengenai orang nomor satu di Indonesia yaitu “Susilo Bambang Yudhoyono” yang diberitakan disalah satu media yang terkenal di Australia. Berita itu mengatakan bahwa istri Susilo Bambang Yudhoyono memanfaatkan ke Presidenannya untuk menambah kekayaan keluarganya, Susilo Bambang Yudhoyono hanya mendengarkan perkataan istrinya saja.
Jika dilihat dari berita tersebut, apakah masih bisa dikatakan bom teror tersebut berasal dari para teroris atau apakah mungkin antek-antek teror bom tersebut berasal dari kalangan Integent Indonesia yang dimaksudkan untuk pengalihan isue agar masyarakat Indonesia lupa akan masalah orang nomor satu Indonesia yang menadi panutan kita? Jika memang benar teror itu dari kalangan intelegent Indonesia, mau dibawa kemana banga ini? Mungkinkah kehancuran demi kehancuran akan terjadi?

Rabu, 13 Oktober 2010

kekuatan doa

lembut belaian kasihmu takkan terganti
tak ada yang bisa sepertimu
aku di sini sendiri
terpisah jarak antara kau dan aku

kau lah belahan jiwaku
kaulah curahan hatiku
kaulah cahaya hidup ku dan
kaulah segalanya....................
q yakin kita kan bersatu dengan kekuatan doa

keindahan alam yang sirna

kota yang indah...... kini menjadi sebuah kota mati yang tak layak huni. apa penyebab semua ini???? kapan kita bisa merasakan keindahan alam ini lagi......?????